Singkaang-Today. Pimpinan Cabang Pemuda Muslimin Indonesia, Ihsyan Sutrisno mempertanyakan pagar gedung milik pemerintah kota Singkawang yang dipasangi oleh simbol yang mewakili etnis tertentu.
Seharusnya gedung milik pemerintah dan atribut yang berkaitan dengan milik pemerintah harus menggambarkan DNA yang mencerminkan sikap nasionalisme dan toleransi yang menerapkan Egaliter. Ucap mantan ketua HMI cabang Singkawang kepada Team KalbarToday (9/12/2023).
Lanjut dia, seyogyanya PJ wako Singkawang itu bersikap negarawan dalam menyikapi segala, jika nanti ada simbol simbol seperti gambar naga yang dipasang di pagar milik kantor walikota,maka hal tersebut terkesan mencerminkan tidak sama rata karena yang kita ketahui bahwa Singkawang terdapat 17 etnis . Karena seorang PJ haruslah bersikap toleransi atas semua aspek yang berhubungan dengan kebijakan publik.
“Kota Singkawang ini adalah milik semua etnis, bukan mewakili etnis tertentu saja. Bangsa ini besar karena dibangun dan dijaga oleh adat,budaya dan keanekaragaman suku dan etnis” ungkapnya.
Lanjut Ihsyan dengan tegas menekankan bahwa Singkawang ini jangan dicoreng dengan tingkah laku dan tindakan yang kurang santun harus melihat aspek kebudayaan dan norma yang berlaku di Kota Singkawang, “Percuma saja torehan prestasi tertoleran se-Indonesia kita sabet,jika ego dan ambisi menguasai masih ada di pikiran para pejabat Pemkot Singkawang” kata Ihsyan.
Ihsyan pun meyanyangkan dan mempertanyakan peran anggota DPRD kota Singkawang sebagai lembaga pengawas kebijakan Pemkot bisa tidak tahu akan pembangunan pagar yang memasang simbol binatang mitologi etnis tertentu.
Pantauan dilapangan tim KalbarToday siang tadi, terlihat pagar milik Pemkot Singkawang yang sedang dalam proses pembuatannya diluhat terdapat lambang patung naga, ada juga spanduk dari aliansi masyarakat kota Singkawang yang mempertanyakan pemasangan simbol naga pada bangunan milik pemerintah kota Singkawang.
Mereka menolak keras tindakan dan kebijakan PJ walikota Singkawang dimana desain pagar kantor walikota Singkawang yang tidak mencerminkan sikap Egaliter, seharusnya sebelum membuat ornamen yang bernilai kebudayaan maka terlebih dahulu yang harus di buat adalah Perda tentang ornamen tersebut biak mempunyai payung hukum yang kuat dan dapat menunjukkan sesuatu yang khas. (Rb)