Oleh: Ireng Maulana (Pengamat Politik).
Kalbar-Today. Mungkin kita harus memuji keberanian representasi dari kelompok anak muda yang sudah berani menampilkan dirinya, atau lebih tepatnya menunjukkan sikap untuk ambil bagian dari suksesi kepemimpinan di daerah.
Semangat tanpa basa-basi ini barangkali tidak akan kita temukan pada generasi yang lebih tua. Mereka-generasi yang lebih tua akan lebih memilih untuk mengkalkulasi sekian banyak pertimbangan sebelum memperlihatkan posisinya untuk terjun ke kompetisi elektoral.
Sikap malu tapi mau, atau mau tapi malu sering kita saksikan dalam banyak langkah politik khas generasi tua. Namun, kelompok milenial berkarakter berbeda yakni lebih langsung, terbuka dan seperti tidak terbebani dengan pertimbangan yang serba rumit untuk urusan pemilihan.
Sekali-kali pangung politik kita di daerah perlu mendapatkan warna atau kejutan-kejutan semacam ini oleh lebih banyak lagi anak muda. Bahwa menjadi kandidat bukan lagi perkara yang sakral, tanpa harus ditutup-tutupi dan tidak perlu dirumit-rumitkan. Jika memiliki keinginan untuk menjadi seorang kandidat kepala daerah, maka perlihatkan langsung kepentingan itu dengan lebih lugas. Aksi semacam ini perlu dimulai dan semoga mendominasi teater politik daerah sehingga kelak akan menghalangi berlanjutnya pemujaan tradisi majunya para kandidat secara eksklusif, pongah dan superior.
Kita memang berharap lebih banyak lagi anak muda pemberani yang mau membuka dirinya kepada urusan suksesi kepemimpinan politik di daerah karena kita yakini para anak muda akan lebih punya banyak pengetahuan dan visi untuk mengelola masa depan. Mereka memiliki modal jaringan kerja yang terkoneksi dengan masa depan.
Pemimpin dari kalangan millenial kita harapkan akan mempunyai lebih banyak solusi bagi kesejahteraan kehidupan di daerah karena kemajuan zaman menghendaki mereka untuk menemukan kemajuan dengan cara-cara yang strategis . Harapan regenerasi kepemimpinan tidak terlalu muluk jika kita titipkan kepada mereka, dan upaya besar ini barangkali dapat kita mulai dari sekarang. Sebaliknya, mereka juga harus bekerja keras untuk memenuhi panggilan ini.
Menjadi representasi kaum muda bukan keisitimewaan dan tidak memberikan arti penting apapun bagi kesempatan mengambil alih kepemimpinan tanpa kerja politik yang dikerjakan secara benar. Kita memerlukan gagasan yang baru namun gagasan hanya bisa mendarat jika perjuangan politik dimenangkan. Label millennial bukan garansi yang dapat memuluskan jalan bagi anak muda supaya dapat ikut berkompetisi dengan mudah dan medan kompetisi elektroral bukan habitat yang ramah dan santun.
Kemenangan dan kekuasan merupakan dua sisi mata koin yang harus di genggam sekaligus. Panggung politik tidak pandang usia karena semua yang ikut didalamnya akan merasakan kompetisi yang melelahkan. Semua potensi dipergunakan dan semua kehilangan tidak mungkin akan dapat Kembali utuh. Bersikap sejak awal tentu saja aksi yang berani, tapi anak-anak muda harus juga mempersiapkan diri secara benar sebagai jalan yang bijaksana untuk menghindarkan citra jika kandidat dari kelompok anak muda hanya memiliki kemewahan gagasan namun berakhir lumpuh dalam kompetisi suksesi kepemimpinan. Majunya representasi anak muda tentu kita harapkan sebagai optimisme baru bagi perjuangan regenerasi kepemimpinan didaerah, bukan sebaliknya.