Lestarikan Tanaman Mangrove, Warga Setapuk Raih Banyak Manfaat

Jembatan masuk ke lokasi wisata mangrove Setapuk, Kota Singkawang.

 

Upaya untuk memaksimalkan potensi Kota Singkawang sebagai daerah tujuan wisata terus di galakkan. Berbagai upaya pengembangan dan pembangunan fasilitas penunjang terus dilakukan untuk mendukung upaya tersebut.

Salah satu lokasi wisata baru yang menarik perhatian masyarakat saat ini adalah kawasan wisata Mangrove. Beberapa waktu yang lalu tim Kalbartoday.com berkesempatan mengunjungi lokasi wisata tersebut.

Lokasi wisata Mangrove Setapuk, seperti namanya terletak di kelurahan Setapuk, Kecamatan Singkawang Utara. Lokasi tersebut dapat di akses dengan waktu tempuh sekitar 25 menit dari pusat kota Singkawang. Jalan yang dilewati terbilang bagus dan mulus, kecuali ketika memasuki daerah pinggiran sungai yang sebagian besar masih merupakan jalan semen bersambung dengan jalan tanah merah. Namun sangat disayangkan tidak terdapat tanda petunjuk arah yang jelas untuk menuju lokasi, hal ini akan menyulitkan pengunjung untuk mengenali jalan masuk ke lokasi wisata.

Jalan setapak dalam kawasan wisata mangrove Setapuk.

 

Bukan Hal Baru

Ide untuk menyulap kawasan konservasi Bakau (mangrove) menjadi lokasi wisata bukan yang pertama kalinya ada di Kalbar. Di daerah lain seperti di daerah Mempawah, Sambas, hingga Kuburaya juga dapat ditemui tempat wisata serupa. Hanya saja untuk di Setapuk, usaha pelestarian bakau sudah di mulai sejak tahun 2009, dan baru bisa dikatakan berhasil pada tahun 2012.

Fasilitas pendukung wisata di lokasi mangrove Setapuk bisa dikatakan belum sepenuhnya rampung. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang petugas yang tim kami temui di lokasi. Beliau mengatakan bahwa progres pembangunan kawasan wisata konservasi mangrove Setapuk baru mencapai sekitar 40%. Di masa mendatang, pihak pengelola akan melengkapi berbagai fasilitas penunjang seperti, tempat bersantai, menambah panjang jalur setapak, serta menambah jumlah menara pengawas yang bisa digunakan pengunjung untuk melihat sekeliling kawasan tersebut.

Kami juga bertemu dan sempat mewawancarai para pengunjung yang datang mengenai lokasi wisata mangrove ini. Novi misalnya, salah pengunjung yang datang dari Kota Pontianak ini mengaku baru pertama kali mengunjungi tempat wisata ini. “Tempatnya sangat bagus, apalagi idenya terkait dengan pelestarian lingkungan. Jadi kita bisa berwisata sekaligus belajar tentang pelestarian lingkungan”, pungkasnya ketika dimintai pendapat terkait kawasan wisata mangrove Setapuk.

Salah satu pengunjung lainnya, Syarif juga sangat mengapresiasi usaha masyarakat dalam menghadirkan tempat wisata edukatif seperti itu. Walau pun demikian Syarif berharap ke depannya pihak pengelola dapat lebih maksimal lagi dalam menyediakan fasilitas penunjang wisata. “Saya yakin tempat wisata mangrove Setapuk ini bisa lebih bagus dibanding tempat lain, jika fasilitasnya dilengkapi”, ungkap Syarif. Ia menambahkan, alangkah lebih baik kalau juga di bangun pusat pembibitan bakau, jadi selain liburan pengunjung juga bisa belajar tentang pembibitan bakau serta edukasi pelestarian lingkungan.

Wajib Diapresiasi

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa usaha pelestarian mangrove Setapuk sudah di mulai sejak tahun 2009. Saat itu nelayan setempat menyaksikan lajunya abrasi pantai oleh gelombang laut. Kemudian muncul ide untuk menanam tumbuhan bakau di sepanjang sungai dan bibir pantai sebagai ikhtiar untuk menghambat abrasi pantai.

Awalnya usaha pelestarian tersebut sepenuhnya merupakan usaha swadaya dari masyarakat setempat yang notabene berprofesi sebagai nelayan. Kelompok masyarakat bersama mengumpulkan pendanaan sekaligus melakukan penanaman bibit secara gotong royong. Barulah beberapa waktu belakangan dikabarkan lokasi tersebut mendapatkan bantuan bibit serta pendampingan daerah wisata melalui kelompok masyarakat sadar wisata dari dinas terkait.

Sempat tersiar kabar bahwa kawasan tersebut pernah ditawar untuk dikelola oleh pengembang lokasi wisata (develover). Namun tawaran tersebut ditolak oleh masyarakat setempat, mengingat lokasi tersebut sepenuhnya berawal dari usaha swadaya dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Kalaupun nanti akan mendatangkan manfaat ekonomis tentunya masyarakat setempat yang harus menikmatinya.

Menara pemantauan kawasan wisata mangrove Setapuk.

 

Kawasan ini tentu adalah sebuah contoh yang ideal, perpaduan antara manusia dengan alam. Sebuah kawasan rekreasi bertema konservasi alam di kelurahan Setapuk, kota Singkawang. Masyarakat setempat menggagas kawasan wisata konservasi mangrove, di samping usaha untuk pelestarian lingkungan.

Ide untuk mengolaborasikan potensi alam dengan kegiatan ekonomi harus digalakkan dan diapresiasi. Selain ramah lingkungan hal semacam ini akan mendatangkan banyak manfaat lainnya, misalnya menjaga kelestarian alam, mencegah abrasi pantai, menjaga ekosistem sungai dan muara, mengedukasi masyarakat, hingga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Ini adalah wujud nyata kolaborasi antara manusia dan alam, yang manfaatnya tidak dapat diingkari.(ruf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.